Memenuhi permintaan bantuan dalam pembelajaran kelas rangkap dari beberapa daerah, Pelatihan Pelatih diselenggarakan di Banyuwangi, Jawa Timur pada tanggal 6 - 9 Maret 2006. Sebanyak 64 peserta, termasuk guru, kepala sekolah, pengawas dan komite sekolah mewakili 7 kabupaten/kota mengikuti pelatihan selama tiga setengah hari. Daerah yang ikut adalah Banyuwangi, Pacitan, Probolinggo, Banyumas, Kebumen, Batu, dan Blitar. Semua kabupaten/kota saat ini ada yang sudah mempunyai sekolah dengan pembelajaran kelas rangkap atau mempunyai potensi untuk mengubah struktur sekolah-sekolah yang ada secara lebih efisien dengan menggunakan pendekatan kelas rangkap. Dalam hal ini Pacitan mendahului daerah lain dengan melakukan restrukturisasi sekolahnya. Peserta berpartisipasi dalam kegiatan menyangkut struktur, perencanaan dan pembelajaran di sekolah kelas rangkap. Setelah mempelajari statistik dari dua kabupaten, peserta terkejut melihat bahwa dalam banyak kasus, ada banyak kelebihan guru, tidak kekurangan guru seperti yang dipercayai banyak orang. Masalahnya bukan kekurangan guru, tetapi pendistribusian guru yang tidak efektif. Beberapa guru mempunyai kelas yang sangat kecil, yang lain ada yang mempunyai terlalu banyak siswa, dan kedua-duanya tidak efektif dan tidak efisien. Beberapa guru mengira mereka melakukan pembelajaran kelas rangkap karena mengajar dalam dua shift, misalnya kelas 1 untuk shift pertama, dan kelas 2 untuk sisa waktu sampai sekolah usai. Pembelajaran kelas rangkap adalah pembelajaran lebih dari satu kelas pada saat yang sama, dengan menggunakan satu program yang dikembangkan oleh guru. Pembelajaran kelas rangkap bukan pembelajaran dua kelas secara terpisah. Satu Ukuran Tidak Pas Untuk Semua Peserta merasa tidak nyaman ketika diminta bertukar sepatu dan berjalan keliling kelas. Berjalan dengan sepatu yang terlalu besar atau terlalu kecil sangat sulit dan tidak nyaman. Dengan cara yang sama, semua siswa tidak "berukuran sama". Kita minta semua siswa melakukan pekerjaan yang sama dan kadang-kadang tidak pas untuk mereka. Mereka memerlukan kegiatan yang dirancang agar tepat untuk mereka dan guru dapat melakukan ini dengan memberi kegiatan dengan tingkat kesukaran yang berbeda-beda sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Hal ini penting untuk kelas rangkap maupun kelas biasa.
Peserta belajar mengenai perencanaan untuk kelas rangkap dengan menggunakan tema yang sama dengan kegiatan yang berbeda, daripada mengembangkan dua progam yang berbeda untuk masing-masing tingkat kelas. Mereka belajar tentang strategi pembelajaran dan mengembangkan tiga strategi pembelajaran yang bermanfaat untuk kelas rangkap, dan memilih satu strategi untuk diujicobakan dalam praktik mengajar. Strategi yang diperkenalkan termasuk Kerjakan, Bicarakan dan Catat (Do, Talk and Record), Satu Masukan, Banyak Keluaran (One Input, Many Outputs) dan Kartu Tugas untuk membuat kegiatan-kegiatan dengan tingkat kesukaran yang berbeda-beda, berdasarkan tema yang sama. |
Peserta melakukan praktek di sekolah kelas rangkap yang kecil dan di sekolah-sekolah di kota Banyuwangi dengan kelas yang dicampur untuk mendapatkan situasi kelas rangkap. Pusat-Pusat Belajar: Pusat Perjalanan
|
Managing Basic Education (MBE) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar