Sabtu, 06 November 2010

Model Pembelajaran Bilingual Bidang Studi dengan Pendekatan DBTU


MODEL PEMBELAJARAN BILINGUAL BIDANG STUDI
DENGAN PENDEKATAN DBTU
Oleh
Prof. I Wayan Subagia, Ph.D.
Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNDIKSHA
Abstrak
Model Pembelajaran Bilingual Bidang Studi (PBBS) merupakan salah satu model pembelajaran yang diperlukan guru-guru Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Model pembelajaran tersebut mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dan pembelajaran bahasa Inggris yang dilakukan secara bersama-sama. Pendekatan DBTU adalah pendekatan pembelajaran yang diakomodasikan dari konsep-konsep pembelajaran keterampilan berbahasa yang terdiri atas keterampilan mendengar, membaca, menulis dan berbicara. Melalui pendekatan tersebut pembelajaran bidang studi dilakukan dalam bentuk siklus yang terdiri atas empat langkah kegiatan belajar, yaitu: DENGAR, BACA, TULIS, dan UCAP.
1. Pendahuluan
Pembelajaran bilingual merupakan bentuk pembelajaran dengan menggunakan dua bahasa berbeda. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pembelajaran bilingual adalah pembelajaran dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pembelajaran bilingual dilakukan untuk menjembatani siswa mempelajari materi pelajaran yang tersedia dalam bahasa Inggris, atau mengkomunikasikan materi pelajaran yang dipelajari dalam Bahasa Indonesia dalam bahasa Inggris. Pembelajaran bilingual dimaksudkan untuk membantu peserta didik mempelajari materi pelajaran yang tersedia dalam bahasa Inggris bagi siswa yang sehari-hari menggunakan Bahasa Indonesia.
Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang digunakan dalam komunikasi keilmuan secara internasional. Penggunaan bahasa Inggris dalam mempelajari atau mengkomunikasikan ilmu pengetahuan, termasuk salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dikenal dengan pembelajaran bahasa Inggris untuk tujuan khusus (English for Specific Purposes, ESP) (Deller & Price, 2007). Dalam hal ini, pembelajaran bahasa Inggris berkaitan erat dengan karakteristik ilmu pengetahuan yang dipelajari peserta didik. Oleh karena itu, karakteristik bidang studi menjadi bagian penting dalam pengembangan model pembelajaran bilingual.
Bahasa Inggris yang digunakan dalam PBBS tergolong ke dalam bahasa Inggris terapan (applaid English) yang digunakan secara khusus, yaitu untuk mempelajari bidang studi tertentu. Setiap bidang studi mempunyai karakteristik keilmuan berbeda dan juga menggunakan istilah-istilah keilmuan berbeda. Misalnya, dalam bidang studi kimia digunakan istilah adsorpsi (adsorption) dan absorpsi (absorption) untuk menyatakan fenomena serapan suatu materi pada materi lain. Istilah adsorpsi digunakan untuk menyatakan serapan permukaan, sedangkan istilah absorpsi digunakan untuk menyatakan serapan keseluruhan. Di samping itu, bahasa Inggris yang digunakan, terkadang, sudah dalam bentuk ungkapan kompleks (memiliki arti tertentu) yang kurang tepat apabila diterjemahkan kata demi kata. Misalnya, pernyataan attractive forces yang berarti gaya tarik, bukan ”gaya yang menarik”; balancing equation yang berarti menyetarakan reaksi, bukan ”menimbang reaksi”; dan lone pair electron yang berarti pasangan elektron bebas, bukan ”pasangan elektron sendirian”.
Keterampilan berbahasa, termasuk berbahasa Inggris, terdiri atas empat keterampilan pokok, yaitu keterampilan mendengar, membaca, menulis, dan berbicara. Keempat keterampilan tersebut digunakan sebagai dasar pengembangan pendekatan pembelajaran yang diberi nama pendekatan DBTU yang merupakan singkatan dari BACA, DENGAR, TULIS, dan UCAP.
Dalam tulisan ini diuraikan beberapa konsep teoretis pembelajaran bilingual, model PBBS, langkah-langkah pokok (sintaks) pembelajaran dengan pendekatan DBTU, dan asesmen hasil belajar.
2. Pembelajaran Bilingual
Menurut National Association for Bilingual Education, pembelajaran bilingual pada dasarnya berarti pembelajaran yang dilakukan dengan dua bahasa oleh guru atau siswa untuk berbagai tujuan kegiatan sosial dan pembelajaran (http://www.nabe.org/ education/index.html). Selanjutnya, konsep bilingual diartikan sebagai pendekatan pembelajaran di kelas dengan tujuan meliputi: 1) pembelajaran bahasa Inggris, 2) penunjukkan pencapaian akademik, 3) pengkulturasian imigran pada masyarakat baru, 4) melindungi kelompok bahasa minoritas dan warisan budaya, 5) memfasilitasi penutur bahasa Inggris untuk mempelajari bahasa kedua, 6) mengembangkan sumber belajar nasional, atau 7) kombinasi-kombinasi dari tujuan di atas.
Pendapat lain menyatakan bahwa yang dimaksudkan sebagai pembelajaran bilingual adalah pembelajaran bahasa Inggris bagi anak-anak yang tidak berlatar belakang bahasa Inggris (non-English sepaking children). Program ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada anak-anak untuk meningkatkan kemampuan dalam matematika, sains, sosial sains bersamaan dengan belajar bahasa Inggris (http://www.proenglish.org.issues/ education/beindex. html).
Pembelajaran bidang studi yang diintegrasikan dengan pembelajaran bahasa Inggris dikenal dengan Content and Language Integrated Learning yang disingkat CLIL (Mehisto, Marsh, & Frigols, 2008). Lebih lanjut dinyatakan bahwa CLIL merupakan pendekatan pembelajaran yang mempunyai dua fokus. Dalam hal ini, tambahan pelajaran bahasa digunakan untuk pembelajaran bahasa Inggris dan bidang studi. Misalnya, dinyatakan bahwa di Malaysia CLIL digunakan untuk pembelajaran matematika dan sains dalam bahasa Inggris.
Deller & Price (2007) menyatakan, ada empat latar belakang pembelajaran dengan pendekatan CLIL, yaitu: 1) pembelajaran bahasa asing untuk tujuan umum, 2) pembelajaran bahasa asing untuk tujuan khusus dikenal dengan English for Specific Purposes (ESP), 3) pengajaran bahasa asing antar-kurikulum (cross-curricular), dan 4) pengajaran bidang studi melalui bahasa asing.
Ada perbedaan yang signifikan dalam penggunaan bahasa antara pembelajaran bahasa di kelas dan pembelajaran bidang studi di kelas. Dalam pembelajaran bahasa, keempat keterampilan berbahasa (membaca, mendengar, berbicara, dan menulis) merupakan bagian proses dan hasil akhir pembelajaran yang menjadi tujuan, disertai dengan pengenalan bahasa baru, latihan, dan pengecekan pengetahuan linguistik. Dalam pembelajaran bidang studi, empat keterampilan berbahasa di atas digunakan untuk mempelajari informasi baru dan menunjukkan serta memahami bidang studi yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, pengetahuan bahasa lebih utama digunakan untuk menguasai bidang studi daripada untuk penguasaan bahasa tersebut. Struktur dan gaya bahasa yang dipelajari umumnya lebih kompleks (Deller & Price, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran bilingual bidang studi, antara lain bertujuan untuk: 1) peningkatan pencapaian akademik peserta didik dalam bidang studi, 2) peningkatan penguasaan bahasa Inggris bagi pengajar dan peserta didik yang tidak mempunyai latar belakang bahasa Inggris, dan 3) mengembangkan sumber belajar nasional dalam dua bahasa (materi ajar bilingual).
Konsep dwibahasa (bilingual) yang dimaksudkan dalam pembelajaran bilingual untuk di Indonesia adalah pembelajaran dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Inggris dalam pembelajaran bilingual tidak dimaksudkan untuk mengesampingkan penggunaan bahasa ibu (Bahasa Indonesia), tetapi untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan siswa dalam berkomunikasi bidang ilmu secara internasional. Oleh karena itu, kemampuan siswa untuk berbahasa Indonesia yang benar harus terus dipelihara dan ditingkatkan.
Dengan kelambatan masyarakat beradaptasi dalam berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di era global, maka dituntut kerja keras untuk menemukan terobosan-terobosan baru untuk memfasilitasi masyarakat beradaptasi dengan dunia global. Berbagai bentuk komunikasi keilmuan, baik melalui media cetak maupun elektronika, dihadirkan dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, apabila ingin menguasai pengetahuan secara lebih luas dan lebih cepat, tuntutan penguasaan bahasa Inggris tidak bisa dihindari.
Ada beberapa konsep pembelajaran bilingual yang digunakan saat ini, antara lain: 1) penggunaan dwibahasa secara proporsional yang dilakukan secara bersama-sama yang dikenal dengan pola immersion, 2) penggunaan bahasa Inggris secara penuh (full English) sebagai bahasa pengantar dengan materi ajar dalam Bahasa Indonesia, dan 3) penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan materi ajar dalam bahasa Inggris. Pembelajaran bilingual dengan pola immersion dapat dilakukan secara bertahap. Misalnya, dimulai dengan penggunaan 10% bahasa Inggris dan 90% Bahasa Indonesia, kemudian ditingkatkan terus sampai, paling tidak, 50% bahasa Inggris dan 50% Bahasa Indonesia, baik dalam bahasa pengantar maupun dalam materi ajar. Cara ini baik digunakan untuk pembelajaran dwibahasa yang mempunyai materi ajar juga dalam bentuk dwibahasa. Pembelajaran bilingual dengan menggunakan bahasa pengantar full English umumnya dilakukan dengan tujuan penguasaan materi ajar dalam bahasa lain (di luar bahasa Inggris) yang diajarkan pada penutur bahasa Inggris atau untuk penguasaan materi ajar dalam bahasa Inggris bagi pebelajar yang bukan penutur bahasa Inggris dengan materi ajar bahasa lain (Bahasa Indonesia).
Pembelajaran bilingual dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam materi ajar dalam bahasa Inggris umumnya dilakukan untuk penguasaan materi ajar yang tersedia dalam bahasa Inggris kepada penutur Bahasa Indonesia. Pola ini sudah banyak dilakukan di sekolah-sekolah atau di perguruan tinggi yang menggunakan sumber belajar dalam bahasa Inggris.
3. Model Pembelajaran Bilingual Bidang Studi (PBBS)
Pembelajaran bilingual yang dirintis untuk dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah bertujuan untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi ajar dan meningkatkan keterampilan siswa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, sudah jelas bahwa tujuan pembelajaran bilingual bukan untuk mengesampingkan penggunaan bahasa ibu atau bahasa nasional, melainkan untuk menambah wawasan dunia global, khususnya dalam penguasaan IPTEK.
PBBS dimaksudkan untuk menyiapkan mahasiswa mengelola pembelajaran bidang studi secara bilingual. Oleh karena itu, PBBS ditekankan pada penguasaan materi pelajaran dan penguasaan empat keterampilan dasar berbahasa dalam bahasa Inggris yang terdiri atas listening, reading, writing, dan speaking. Di samping empat keterampilan tersebut, PBBS juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi bahasa Inggris dalam aktivitas sehari-hari.
Model PBBS dengan pendekatan DBTU diturunkan dari empat keterampilan berbahasa, yaitu: mendengar, membaca, menulis, dan berbicara. Dalam hal ini, pembelajaran bidang studi dilakukan secara bilingual dengan urutan kegiatan belajar mulai dari kegiatan mendengar, membaca, menulis, dan berbicara. Dalam setiap tahapan kegiatan pembelajaran, peserta didik berperan secara aktif untuk membangun pengetahuannya, baik yang menyangkut pengetahuan terhadap isi materi bidang studi maupun pengetahuan kebahasaan, khususnya keterampilan berbahasa.
Secara rinci, tahapan kegiatan PBBS dengan pendekatan DBTU adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan mendengar (listening)
Pada kegiatan ini, guru berperan sebagai sumber belajar yang bertugas menyajikan materi pelajaran dalam bahasa Inggris dan sekaligus menjadi model pengajar bilingual. Melalui kegiatan ini, siswa mendengarkan informasi tentang isi materi pelajaran dan sekaligus melihat model penyajian materi dalam bahasa Inggris, misalnya cara pengucapan kata-kata, penyampaian kalimat, dan keterampilan fisik mengajar lainnya, seperti penggunaan bahasa tubuh (kontak pandang, gerak tubuh, perubahan mimik, dan lain-lain).
2) Kegiatan membaca (reading)
Pada kegiatan ini, guru berperan sebagai fasilitator memfasilitasi peserta didik dengan bahan bacaan yang relevan dengan topik yang disajikan (diinformasikan). Melalui kegiatan ini, siswa memperoleh pengalaman langsung membaca kata-kata atau kalimat-kalimat yang ada dalam buku teks dan sekaligus mengkonfirmasi informasi penjelasan guru. Melalui kegiatan ini, siswa memperkaya pengetahuan isi materi bidang studi dan aspek kebahasaannya melalui pemahaman terhadap isi teks bacaan. Kamus bahasa Inggris – Indonesia, merupakan alat bantu yang harus disiapkan oleh siswa untuk mempelajari kata-kata baru. Selain kamus, guru juga berperan sebagai sumber informasi atau fasilitator untuk membantu siswa memahami teks.
3) Kegiatan menulis (writing)
Pada kegiatan ini, guru harus menyediakan topik-topik esai yang harus dikerjakan siswa. Topik-topik tersebut bisa berupa pertanyaan yang harus dijawab atau masalah yang harus dipecahkan dalam bentuk esai sederhana. Pada tahap ini, siswa berlatih menulis materi yang telah dipelajari. Guru, selain menyediakan topik-topik esai, juga berperan membantu siswa dalam menulis.
4) Kegiatan berbicara (speaking)
Pada kegiatan ini, siswa diminta untuk mempresentasikan atau menyajikan karya tulisnya di hadapan teman-temannya. Di sini, siswa akan berlatih untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Dalam hal ini, guru berperan untuk memfasilitasi presentasi dan sekaligus memoderasi jalannya diskusi.


4. Sintaks Model PBBS dengan Pendekatan DBTU
Ada dua teori belajar yang melandasi pengembangan model PBBS dengan pendekatan DBTU, yaitu: teori konstruktivis dan teori siklus belajar. Menurut teori konstruktivis, dinyatakan bahwa guru tidak dapat memindahkan pengetahuan yang dimiliki ke kepala siswa, melainkan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan pengetahaun yang telah dimiliki dan pengetahuan yang baru diterima (Fosnot, 1996). Menurut teori siklus belajar dinyatakan bahwa pengkonstruksian pengetahuan dilakukan secara bertahap sesuai dengan tahapan kegiatan pembelajaran (Lawson, 1995, Subagia, 2003; 2008).
Berdasarkan konsep teoritis di atas, Model PBBS dengan Pendekatan DBTU dilakukan dengan tahapan pokok pembelajaran (sintaks) sebagai berikut.

No.
Tahapan/Fase
Kegiatan Pembelajaran
1.
DENGAR
Guru menjelaskan materi pelajaran secara umum dan sekaligus mendemonstrasikan cara mengajar secara bilingual.
Siswa mendengarkan penjelasan guru dan sekaligus memperhatikan cara mengajar bilingual yang didemonstrasikan guru.
2.
BACA
Guru menyiapkan bahan bacaan yang harus dibaca siswa untuk mendalami materi yang telah dijelaskan guru pada Fase 1 dan memberikan tugas-tugas.
Siswa membaca materi bacaan yang diberikan serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
3.
TULIS
Guru memberikan topik-topik yang harus ditulis siswa dalam bentuk esai sederhana. Topik-topik tersebut bisa berupa pertanyaan atau masalah.
Siswa menulis esai sesuai dengan topik dan pedoman penulisan yang diberikan.
4.
UCAP
Guru meminta siswa untuk mempresentasikan esainya di depan kelas secara bergiliran.
Siswa mempresentasikan esainya dan menyimak presentasi teman-temannya.

4. Asesmen dan Penilaian Hasil Belajar
Dengan menerapkan model PBBS dengan pendekatan DBTU, asesmen dan penilaian hasil belajar siswa dilakukan dengan pendekatan penilaian hasil belajar secara otentik dan komprehensif (Doran, Chan, dan Tamir, 1998). Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan sesuai dengan pengalaman belajar yang dilakukan siswa. Penilaian secara komprehensif adalah penilaian yang dilakukan meliputi seluruh komponen aktivitas belajar yang dilakukan siswa.
Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan cara tes dan nontes. Tes digunakan untuk menilai penguasaan materi pelajaran karena penguasaan materi pelajaran tetap merupakan tujuan utama dari pembelajaran bilingual. Nontes digunakan untuk menilai aktivitas belajar yang dilakukan siswa yang terdiri atas kegiatan mendengar, membaca, menulis, dan berbicara. Tiap-tiap keterampilan berbahasa tersebut hendaknya dibuat rubrik penilaiannnya. Misalnya, penilaian kemampuan mendengar, kemampuan membaca, kemampuan menulis, dan kemampuan berbicara.
Beberapa cara asesmen dan penilaian hasil belajar siswa dapat dilakukan sebagai berikut. Kemampuan mendengar diases dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan informasi yang disampaikan guru pada tahap awal. Kemampuan membaca diases dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang isi bacaan, baik yang menyangkut kebahasaan maupun isi materi. Kemampuan menulis diases melalui tulisan atau esai yang dibuat. Kemampuan berbicara diases melalui kegiatan presentasi yang dilakukan.
5. Penutup
Model pembelajaran bilingual bidang studi semakin diperlukan untuk memfasilitasi pembelajaran di sekolah-sekolah, terutama sekolah-sekolah dalam kategori RSBI atau RSMABI. Keperluan tersebut sejalan dengan keinginan pemerintah untuk memiliki minimal satu sekolah bertaraf internasional di setiap kabupaten kota pada setiap jenjnag pendidikan (SD, SMP, SMA). Namun demikian, model pembelajaran bilingual untuk keperluan tersebut masih langka sehingga penyelenggaraan pembelajaran bilingual di sekolah-sekolah masih sangat terbatas. Model PBBS dengan pendekatan DBTU yang diuraikan dalam tulisan ini, dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran bilingual untuk mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pembelajaran bahasa Inggris. Dengan memperhatikan karakteristik model PBBS dengan pendekatan DBTU yang salah satunya menuntut guru untuk menjadi model, maka usaha untuk menyiapkan para guru menjadi guru-guru bilingual sangat diperluka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar